Jumat, 01 April 2016

motor asinkron




Penyearah Terkendali    2010



BAB IV
PENYEARAH TERKENDALI (KONVERTER)


KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:
•    Menguasai karakteristik konverter setengah-gelombang, gelombang-
penuh, dan semikonverter satu fasa dan tiga fasa
•    Menguasai    dasar    prinsip    kerja    konverter    setengah-gelombang,
gelombang-penuh, dan semikonverter satu fasa dan tiga fasa


STANDAR KOMPETENSI
Mampu    menganalisis    rangkaian    konverter    setengah-gelombang,
gelombang-penuh, dan semikonverter satu fasa dan tiga fasa




A. PENDAHULUAN
Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga
disebut dengan konverter merupakan rangkaian elektronika daya yang
berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik
dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk
tegangan    searah    yang    dapat    diatur/    dikendalikan.    Komponen
semikonduktor daya yang digunakan umumnya berupa SCR yang
beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan pengatur.
Jenis sumber tegangan masukan untuk mencatu rangkaian
konverter dapat digunakan tegangan bolak-balik satu fasa maupun tiga
fasa. Konverter satu fasa merupakan rangkaian penyearah daya dengan
sumber masukan tegangan bolak-balik satu fasa, sedangkan konverter
tiga fasa    rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan
tegangan bolak-balik tiga fasa. Berbeda dengan penyearah daya, dalam


Elektronika Daya    36


Penyearah Terkendali    2010



rangkaian konverter dapat dilakukan dalam bentuk penyearahan
terkendali setengah gelombang (halfwave), penyearah gelombang-
penuh (fullwave), dan semikonverter. Pembebanan pada rangkaian
penyearah terkendali juga dipasang beban resistif atau beban resistif-
induktif.


A. KONVERTER SATU-FASA
1. KONVERTER SETENGAH-GELOMBANG SATU-FASA
a. Beban Resistif (R)
Gambar 4.1 (a) merupakan rangkaian konverter setengah-
gelombang satu-fasa dengan beban resistif, sedangkan Gambar 4.1 (b)
menunjukkan    bentuk    gelombang    hasil    penyearahan.    Proses
penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 4.1 (a) dan (b), ketika
setengah periode pertama (polaritas +), T1 dipicu sebesar , maka T1
menjadi ON dari  - , sehingga terjadi tegangan luaran Edc.
Selanjutnya, saat setengah periode kedua (polaritas -), T1 menjadi OFF
pada titik  karena komutasi alami, sehingga tegangan luaran Edc= Vo
= 0 sampai dengan (2 + ), dan seterusnya.










(a)


Gambar 4.1
Rangkaian Konverter Setengah-
gelombang Satu Fasa Beban R


(b)



Elektronika Daya    37



Penyearah Terkendali    2010



Di sini, SCR berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan
pengubahan (converting) dan pengaturan (controlling) dari sumber
bolak-balik menjadi tegangan searah. Ditinjau dari tegangan luaran (VL)
yang dihasilkan, terdapat dua jenis komponen tegangan, yaitu : (1)
tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan searah efektif (root mean
square-rms), VL. Nilai tegangan luaran masing-masing adalah :




V
dc

V
 m (1 cos )
2


VL  Vm

1/ 2
 4  8 



Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran
efektif (PL) adalah:

Pdc = Vdc Idc    PL = VL IL



b. Beban Resistif-Induktif (RL)
Gambar 4.2 (a) merupakan rangkaian konverter setengah-
gelombang satu-fasa dengan beban resistif-induktif (RL), sedangkan
Gambar 2.2 (b) menunjukkan bentuk gelombang hasil penyearahan.
Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui Gambar 4.2 (a) dan (b),
setengah periode pertama (polaritas +), SCR T1 dipicu sebesar  maka
SCR T1 akan ON dari     sampai dengan β, hal ini disebabkan sifat
induktor (L). Hal ini berarti sudut konduksi SCR T1 sebesar (β - ).
Selanjutnya, mulai dari titik β sampai dengan (2+ ) SCR T1 menjadi
OFF.
Nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dari rangkaian Gambar 4.2
V

ketika sudut pemicuan sebesar 0o <  ≤ 90o akan terjadi proses
penyearahan (rectifing), sedangkan pada sudut pemicuan 90o <  ≤
180o akan terjadi proses pembalikan (inverting). Untuk mengatasi


Elektronika Daya    38



Penyearah Terkendali    2010



proses    pembalikan    ini    biasanya    dipasang    diode komutasi    yang
dihubungkan parallel terbalik dengan beban RL. Ketika dipasang diode
komutasi, maka β = , sehingga seperti konverter setengah-gelombang
beban R.












Gambar 4.2
Rangkaian Konverter Setengah-
gelombang Satu Fasa Beban RL








2. KONVERTER GELOMBANG-PENUH SATU-FASA
Pada bagian ini akan dijelaskan tiga jenis rangkaian konverter
gelombang penuh satu-fasa, yaitu: konverter titik tengah (center tap -
CT), konverter jembatan, dan semikonverter.


a. Konverter Gelombang-penuh Satu-fasa dengan CT
Gambar 4.3 merupakan rangkaian konverter gelombang-penuh
satu fasa CT dengan beban R. Transformator dengan CT dipilih untuk
memperoleh dua tegangan V1 dan V2 yang masing-masing memiliki
beda fasa sebesar 180o terhadap CT atau netral (N). Proses pemicuan
pada SCR T1 dan T2 dilakukan secara serempak. Komponen SCR T1
bekerja pada setengah perioda pertama (0 sampai dengan ), dan
Komponen SCR T2 bekerja pada setengah perioda kedua ( sampai
dengan 2).


Elektronika Daya    39



Penyearah Terkendali    2010


































Gambar 4.3 Rangkaian Konverter Gelombang-penuh
dengan CT Satu Fasa Beban R

Jika SCR T1 dan T2 dipicu sebesar , maka nilai tegangan searah
rerata (Vdc) dan nilai tegangan searah efektif (root mean square-rms),
VL dapat ditentukan sebagai berikut :




V
dc

V
 m (1 cos )



VL  Vm

1/ 2
 2  4 



Dengan demikian, daya luaran rerata (Pdc) dan daya luaran
efektif (PL) adalah:

Pdc = Vdc Idc    PL = VL IL




Elektronika Daya    40



Penyearah Terkendali    2010



b. Konverter Gelombang-penuh Satu-fasa Hubungan Jembatan
Gambar 4.4 merupakan rangkaian konverter gelombang-penuh
satu fasa hubungan jembatan dengan beban R. Proses pemicuan pada
rangkaian ini, SCR T1 dan T2 serta SCR T3 dan T4 masing-masing
dioperasikan secara serempak. Komponen SCR T1 dan T2 bekerja pada
setengah perioda pertama (0 sampai dengan ), dan Komponen SCR T3
dan T4 bekerja pada setengah perioda kedua ( sampai dengan 2).
Jika SCR T1 dan T2 serta SCR T3 dan T4 masing-masing dipicu
sebesar , maka nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan nilai tegangan
searah efektif (root mean square-rms), VL seperti rangkaian konverter
gelombang-penuh satu fasa CT dengan beban R di atas.
























Gambar 4.4 Rangkaian Konverter Gelombang-penuh
Hubungan Jembatan Satu Fasa Beban R

Jika rangkaian pada Gambar 4.3 dan 4.4 dihubungkan dengan
beban resistif-induktif (RL), seperti halnya pada konverter setengah-
gelombang satu fasa di atas, nilai komponen tegangan luaran (Vdc) dari

rangkaian menjadi sebesar Vdc 

2Vm




Elektronika Daya    41



Penyearah Terkendali    2010



pemicuan sebesar 0o <  ≤ 90o akan terjadi proses penyearahan
(rectifing), sedangkan pada sudut pemicuan 90o <  ≤ 180o akan
terjadi proses pembalikan (inverting).


b. Semikonverter Satu-fasa
Gambar 4.5 merupakan rangkaian semikonverter satu fasa
dengan beban R. Terdapat dua jenis rangkaian semikonverter satu fasa
yang masing-masing memiliki fungsi sama, yaitu: semikonverter satu
fasa simetris dan semikonverter satu fasa tak simetris. Proses pemicuan
pada rangkaian ini terjadi ketika SCR T1 dan dioda D1 serta SCR T2 dan
dioda D2 masing-masing dioperasikan secara serempak. Komponen SCR
T1 dan dioda D1 bekerja pada setengah perioda pertama (0 sampai
dengan ), dan Komponen SCR T2 dan dioda D2 bekerja pada setengah
perioda kedua ( sampai dengan 2).



























Gambar 4.5 Rangkaian Semikonverter Satu Fasa Beban R



Elektronika Daya    42



Penyearah Terkendali    2010



Jika SCR T1 dan T2 masing-masing dipicu sebesar , maka nilai
tegangan searah rerata (Vdc) dan nilai tegangan searah efektif (root
mean square-rms), VL seperti rangkaian konverter gelombang-penuh
satu fasa CT dengan beban R di atas.




B. KONVERTER TIGA-FASA


1. KONVERTER SETENGAH-GELOMBANG TIGA-FASA
Gambar    4.6    merupakan    rangkaian    konverter    setengah-
gelombang tiga-fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Terdapat dua proses pengaturan sudut picuan (), yaitu:
(a) operasi konduksi kontinyu ketika 0o ≤  ≤ 30o atau 0 ≤  ≤ /6,
dan (b) operasi konduksi diskontinyu ketika 30o ≤  ≤ 150o atau /6 ≤
 ≤ 5/6. Proses pemicuan pada SCR T1, T2, dan T3 dilakukan secara
serempak pada masing-masing fasa.
Nilai tegangan searah rerata (Vdc) dan nilai tegangan searah
efektif (root mean square-rms), VL pada operasi konduksi kontinyu dan
operasi konduksi diskontinyu dapat ditentukan sebagai berikut :
(a) Operasi konduksi kontinyu:




V    
dc


3 3
2


V cos
m


VL  Vm



 2


 

1/ 2
cos 2 




(b) Operasi konduksi kontinyu:




V
dc




3 3
2


V cos(  30o ) VL 
m

3
2 2


Vm



1/ 2








Elektronika Daya    43



Penyearah Terkendali    2010






















































Gambar 4.6 Rangkaian Konverter Setengah-gelombang
Tiga Fasa Beban R



Elektronika Daya    44



Penyearah Terkendali    2010





Jika beban R pada rangkaian Gambar 4.6 diganti beban RL,
maka bentuk gelombang yang dihasilkan seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.7. Nilai tegangan searah (Vdc) dapat ditentukan dengan

2



Vn 

6Vm
 (n2 1)



































Gambar 4.7 Bentuk Gelombang Konverter Setengah-gelombang
Tiga Fasa Beban RL





Elektronika Daya    45



Penyearah Terkendali    2010



2. KONVERTER GELOMBANG-PENUH TIGA-FASA
Gambar    4.8    merupakan    rangkaian    konverter    setengah-
gelombang tiga-fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil
penyearahan. Dalam rangkaian ini terdapat dua grup/ kelompok SCR,
yaitu: grup positif dan grup negatif. SCR T1, T2, dan T3 merupakan grup
positif, sedangkan SCR T4, T5, dan T6 merupakan grup negatif. Grup
SCR positif akan ON ketika tegangan sumber berpolaritas positif dan
Grup SCR negatif akan ON ketika tegangan sumber berpolaritas negatif.
Proses pemicuan pada rangkaian ini dilakukan secara serempak
masing-masing T1 dan T5, T2 dan T6, serta T3 dan T4. Terdapat dua
proses pengaturan sudut picuan (), yaitu: (a) operasi konduksi
kontinyu ketika 0o ≤  ≤ 60o atau 0 ≤  ≤ /3, dan (b) operasi
konduksi diskontinyu ketika 60o ≤  ≤ 120o atau    /3 ≤  ≤ 2/3.
Proses pemicuan pada SCR T1, T2, dan T3 dilakukan secara serempak
pada masing-masing fasa.
Nilai tegangan searah rerata (Vdc) pada operasi konduksi
kontinyu dapat ditentukan sebagai berikut:



V    
dc

3 3


V cos
m



dan operasi konduksi diskontinyu:



V
dc



3 3


V
m, fasa

cos1   60o 


















Elektronika Daya    46



Penyearah Terkendali    2010





















(b)



Gambar 4.8 Rangkaian Konverter Gelombang-penuh
Tiga Fasa Beban R

Jika beban R pada rangkaian Gambar 4.8 diganti beban RL,
maka bentuk gelombang yang dihasilkan seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.9. Nilai tegangan searah (Vdc) dapat ditentukan dengan



persamaan berikut:


Vdc 

3 3


Vm, ph cos



Elektronika Daya    47



Penyearah Terkendali    2010


































Gambar 4.9 Bentuk Gelombang Konverter Gelombang-penuh
Tiga Fasa Beban RL

b. Semikonverter Tiga-fasa
Gambar 4.10 merupakan rangkaian semikonverter tiga fasa.
Proses pemicuan pada rangkaian ini terjadi ketika SCR T1 dan dioda
D2,    T2 dan dioda D3, serta SCR T3 dan dioda D1 masing-masing
dioperasikan secara serempak. Jika rangkaian semikonverter tiga fasa
dihubungkan dengan R, maka persamaan untuk tegangan searah rerata
(Vdc) pada operasi konduksi kontinyu dan operasi konduksi diskontinyu
seperti pada rangkaian konverter gelombang-penuh tiga fasa di atas.
Selanjutnya, Jika rangkaian semikonverter tiga fasa dihubungkan
dengan R, maka persamaan untuk tegangan searah rerata (Vdc)



sebesar:

Vdc 

3 3
2

Vm, ph 1 cos 



Elektronika Daya    48



Penyearah Terkendali    2010

















Gambar 4.10 Rangkaian Semikonverter Tiga Fasa



D. PERTANYAAN
1. Konverter Satu-fasa
a.    Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian konverter setengah-
gelombang satu fasa !
b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada SCR saat OFF pada rangkaian konverter setengah-gelombang
satu fasa !
c.    Jelaskan fungsi diode komutasi pada rangkaian konverter setengah-
gelombang satu fasa beban RL !
d. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian konverter mid-point
(CT) satu fasa !
e.    Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada salah satu SCR saat OFF pada rangkaian konverter mid-point
(CT) satu fasa !
f.    Kapankah    operasi    rectifying    dan    inverting    terjadi    konverter
gelombang-penuh satu fasa ?
g. Jelaskan    proses    penyearahan    pada    rangkaian    semikonverter
simetris satu fasa !







Elektronika Daya    49

Penyearah Terkendali    2010



2. Konverter Tiga-fasa
a. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian konverter setengah-
gelombang tiga fasa !
b. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada salah satu SCR saat OFF pada rangkaian konverter setengah-
gelombang tiga fasa !
c. Apakah yang dimaksud operasi kontinyu dan diskontinyu pada
konverter setengah-gelombang tiga fasa !
d. Jelaskan    proses    penyearahan    pada    rangkaian    konverter
gelombang-penuh tiga fasa !
e. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan
pada    salah    satu    SCR    saat    OFF    pada    rangkaian    konverter
gelombang-penuh tiga fasa !
f. Apakah yang dimaksud operasi kontinyu dan diskontinyu pada
konverter gelombang-penuh tiga fasa !
g. Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian semikonverter tiga
fasa !


3. Soal Essay
a. Sebuah transformator satu fasa pada sisi primer dihubungkan
dengan tegangan 120 V, 50 Hz, dan sisi sekunder dihubungkan
dengan rangkaian konverter gelombang-penuh satu fasa. Jika


arus beban rerata (DC) dapat diatur dari 4,5 A – 8,0 A, rencanakan
jenis transformator yang digunakan (step-up atau step-down) dan
sudut pemicuannya () ! (Kinci jawaban: step-up, 0o <  < 82,8o)
b. Suatu rangkaian konverter setengah-gelombang 3 fasa hubungan
bintang dihubungkan dengan beban resistif 2,5 Ω dengan tegangan
antar line 208 V, 60 Hz. Jika daya luaran yang diinginkan Po = 12
kW, hitunglah (1) sudut pemicuan (), dan (2) tegangan luaran per
fasa efektif (VL).

Elektronika Daya    50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar